Kamis, 06 Juni 2013

UKK Sebagai Sarana Evaluasi Diri


Serangkaian proses pembelajaran selalu diakhiri dengan kegiatan penilaian. Penilaian kelas dapat berupa penilaian/evaluasi dari tiap pertemuan di kelas (evaluasi di akhir pembelajaran), Ulangan harian, UTS/UAS, dan UKK. Minggu ini hanya tinggal menunggu hitungan hari saja kegiatan UKK akan segera dilaksanakan tepatnya tanggal 10-15 Juni mendatang. 

Terkait dengan kegiatan UKK yang akan segera dilaksanakan, biasanya pihak sekolah melalui bapak ibu guru telah menyiapkan latihan soal untuk pendalaman materi. Sebuah hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana menciptakan suasana yang kondusif sehingga anak akan merasa nyaman, memiliki kesiapan secara fisik dan psikis untuk mengerjakan UKK, dan mengubah mindset anak bahwa UKK adalah sebagai sarana untuk mengukir prestasi bukan sebagai sesuatu yang membuat stres dan ditakuti.Di sinilah sebenarnya peran terpenting kita sebagai guru. 

Tolak ukur keberhasilan sebenarnya jangan dipandang dari satu sisi saja yaitu hasil namun lebih dari itu bagaimana seorang guru dapat membekali anak dengan serangkaian proses sehingga anak mendapatkan pengalaman yang bermakna sehingga anak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan. Hasil yang akan diperoleh dari kegiatan UKK nanti seharusnya dapat dijadikan sebagai sarana evaluasi terhadap kinerja seorang guru sehingga akan ada perbaikan dan peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran di kelas. SD Negeri 4 Wates juga telah menyiapakan anak-anak untuk menghadapi UKK, latihan soal, bimbingan dan pemberian motivasi baik secara individu maupun kelompok telah diupayakan. Sekolah berharap upaya yang telah dilakukan dapat memberikan bekal kepada seluruh siswa-siswi SD Negeri 4 Wates. 

Sekolah sangat berharap siswa-siswi SD Negeri 4 Wates dapat menjadi bagian dari kegiatan UKK untuk berlomba-lomba mengukir prestasi yang membanggakan bagi keluarga, sekolah, dan masyarakat dengan tidak meninggalkan nilai-nilai karakter jujur, kerja keras, tanggung jawab, dan disiplin dalam bekerja. Sebagai penutup, marilah kita senantiasa melakukan evaluasi diri terhadap pencapaian yang telah kita peroleh, janganlah merasa cepat puas dengan hasil yang telah didapat,teruslah berupaya melakukan perbaikan-perbaikan dan inovasi-inovasi guna memperoleh hasil yang sebenarnya.

Foto : www.google.co.id



A. PENDAHULUAN
Serangkaian proses pembelajaran selalu diakhiri dengan kegiatan penilaian. Penilaian kelas dapat berupa penilaian/evaluasi dari tiap pertemuan di kelas (evaluasi di akhir pembelajaran), Ulangan harian, UTS/UAS, dan UKK.
Terkait dengan kegiatan UKK yang akan segera dilaksanakan, biasanya pihak sekolah melalui bapak ibu guru telah menyiapkan latihan soal untuk pendalaman materi. Sebuah hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana menciptakan suasana yang kondusif sehingga anak akan merasa nyaman, memiliki kesiapan secara fisik dan psikis untuk mengerjakan UKK, dan mengubah mindset anak bahwa UKK adalah sebagai sarana untuk mengukir prestasi bukan sebagai sesuatu yang membuat stres dan ditakuti. Di sinilah sebenarnya peran terpenting guru.
Tolok ukur keberhasilan sebenarnya jangan dipandang dari satu sisi saja yaitu hasil, namun lebih dari itu bagaimana seorang guru dapat membekali anak dengan serangkaian proses sehingga anak mendapatkan pengalaman yang bermakna sehingga anak dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan. Hasil yang akan diperoleh dari kegiatan UKK, seharusnya dapat dijadikan sebagai sarana evaluasi terhadap kinerja seorang guru sehingga akan ada perbaikan dan peningkatan kualitas guru dalam pembelajaran di kelas.
Sekolah tentu sangat mengharapkan peserta didiknya dapat menjadi bagian dari kegiatan UKK untuk berlomba-lomba mengukir prestasi yang membanggakan bagi keluarga, sekolah, dan masyarakat dengan tidak meninggalkan nilai-nilai karakter jujur, kerja keras, tanggung jawab, dan disiplin dalam bekerja. Sebagai penutup, marilah kita senantiasa melakukan evaluasi diri terhadap pencapaian yang telah kita peroleh, janganlah merasa cepat puas dengan hasil yang telah didapat,teruslah berupaya melakukan perbaikan-perbaikan dan inovasi-inovasi guna memperoleh hasil yang sebenarnya.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Ujian Kenaikan Kelas tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri dalam rangka perbaikan pembelajaran.
C. PEMBAHASAN
1. EVALUASI
Evaluasi berasal dari Bahasa Inggris, evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Djudju mengartikan evaluasi sebagai suatu kegiatan untuk mengetes tingkat kecakapan seseorang atau kelompok orang.
Nitko & Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Evaluasi menurut Griffin dan Nix (1991) adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut Tyler (1950) evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.
Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa, mereka akan lebih giat belajar, meningkatkan proses berpikirnya. Dengan evaluasi guru dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar (Slameto, 2003).
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris education, dalam bahasa Arab: At-Taqdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Dengan demikian secara harfiyah dapat evaluasi pendidikan diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Adapun dari segi istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Apabila definisi Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) digunakan untuk memberi definisi tentang evaluasi pendidikan, maka evaluasi pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai suatu tindakan atau kegiatan (yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses (yang berlangsung dalam rangka) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
2. PRINSIP PENILAIAN
Dengan adanya penilaian keberhasilan guru dan anak didik dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat diukur dan kita dapat mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai. Adapun prinsip-prinsip penilaian menurut Drs. Asep Jihad, yaitu:
a.  Menyeluruh
Penguasaan kemampuan dalam mata pelajaran hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi, kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik menyangkut dominan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku, dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun menyangkut evaluasi proses dan hasil belajar.
b.  Berkelanjutan
Disamping menyeluruh, penilaian hendaknya dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung ( dampak intruksional/pembelajarn) maupun dampak tidak langsung dari proses pembelajaran .
c.  Berorientasi pada indikator ketercapaian
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan standar kompetensinya. Dengan demikian hasil penilaian memberikan gambaran mengenai sampai seberapa indikator kemampuan dasar dalam suatu mata pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
d.  Sesuai dengan pengalaman belajar
Sistem penilaian dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya. misalnya, jika pembelajaran mendekatan penugasan tugas promblem-solving maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) maupun produk atau hasil melakukan problem-solving.
3. EVALUASI DIRI SEBAGAI FEED BACK
Belajar dan mengajar adalah suatu proses yang mengandung tiga unsur utama yaitu: tujuan pengajaran, pengalaman (proses) belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Dalam perumusan tujuan pengajaran, guru merumuskan bentuk-bentuk perubahan tingkah laku yang diinginkan terjadi di dalam peserta didik. Sebagaimana dirumuskan sebagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar terdapat strategi, metode dan media yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran seoptimal mungkin. Sedangkan penilaian hasil belajar merupakan kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan pengajaran telah dicapai atau dikuasai oleh peserta didik dalam bentuk hasil belajar yang bisa mereka tunjukan setelah menjalani kegiatan belajar mengajar.
Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai.
Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu jika kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain :
a.     Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
b.     Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera meniginformasikan  hasil evaluasi kepada siswa.
c.      Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
d.     Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
Evaluasi sering dianggap sebagai kegiatan akhir dari suatu proses kegiatan. Evaluation is often considered to be the final step in overall process, demikian diungkapkan Miller (1985). Secara singkat evaluasi dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong pendidik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih baik dan mendorong peserta didik dapat belajar lebih baik.
Penilaian hasil belajar sebagai babak final dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Ketepatan pemilihan metode penilaian hasil belajar, indikator yang digunakan, dan jenis/alat penilaian memiliki andil besar dalam berhasil tidaknya proses penilaian.
Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai, sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Apabila tujuan yang telah dirumuskan itu direncanakan untuk dicapai secara bertahap, maka dengan evaluasi yang berkesinambungan akan dapat di pantau, tahapan manakah yang sudah dapat di selesaikan, tahapan manakah yang berjalan dengan mulus, dan mana pula tahapan yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Walhasil dengan evaluasi terbuka kemungkinan bagi evaluator untuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Setidak-tidaknya ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi, yaitu:
a.     Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat di capai sesuai dengan yang direncanakan.
b.     Hasil evaluasi ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa adanya penyimpangan-penyimpangan, hambatan dan kendala, sehingga mengharuskan evaluator bersikap waspada. Ia perlu memikirkan dan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang telah disusun atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya. Berdasar data hasil evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain yang dipandang lebih tepat dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Sudah barang tentu perubahan-perubahan itu membawa dampak atau konsekuensi berupa perencanaan ulang (re-plening). Dengan demikian dapat di katakan bahwa evaluasi itu memiliki fungsi: menunjang penyusunan rencana.
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan, apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat di capai pada waktu yang telah di tentukan,ataukah tidak. Apabila berdasar data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat di capai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Bukan tidak mungkin, bahwa atas dasar data hasil evaluasi itu evaluator perlu mengadakan perubahan-perubahan, penyempurnaan-penyempurnaan yang menyangkut organisasi, tata kerja, atau mungkin juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu sendiri. Jadi, kegiatan evaluasi pada dasarnya juga di maksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.
Secara psikologis, kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah dapat disoroti dari dua sisi. Yaitu dari sisi peserta didik dan dari sisi pendidik.
a.     Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengena kapasitas dan status dirinya masing-masing ditengah-tengah kelompok atau kelasnya. Dengan dilakukannya evaluasi hasil belajar siswa misalnya, maka para siswa akan mengetahui apakah dirinya termsuk siswa yang berkemampuan tinggi, berkemampuan rata-rata, ataukah berpengetahuan rendah.
b.     Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kepastian atau ketetapan hati kepada diri peserta tersebut. Sedah sejauh manakah kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini telah membawa hasil, sehingga ia secara psikologis memiliki pedoman atau pegangan batin yang pasti guna menentukan langkah-langkah apa saja yang di pandang perlu dilakukan selanjutnya. Misalnya dengan menggunakan metode-metode mengajar tertentu, hasil-hasil belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan daya serap terhadap materi yang telah diberikan kepada para siswa tersebut; karena itu atas dasar hasil evaluasi tersbut penggunaan metode mengajar tadi akan terus dipertahankan. Begitupun sebaliknya.
Bagi peserta didik, secara didaktik evaluasi pendidikan akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu:
a.     Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah di capai oleh peserta didiknya.
b.     Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
c.      Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik.
d.     Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
e.     Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah di tentukan telah dapat dicapai.
Adapun secara administrative, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu:
a.     Memberikan laporan.
b.     Memberikan bahan-bahan keterangan (data).
c.      Memberikan gambaran
D.  PENUTUP
1. KESIMPULAN
Ujian Kenaikan Kelas sebagai salah satu indikator penilaian keberhasilan peserta didik adalah bagian dalam rangka menguji, melihat hasil pembeelajaran sehinggal perlu adanya perubahan-perubahan, penyempurnaan-penyempurnaan yang menyangkut organisasi, tata kerja, atau mungkin juga perbaikan terhadap tujuan organisasi itu sendiri. Jadi, kegiatan evaluasi pada dasarnya juga di maksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha kaitanyya dengan proses pembelajaran.
2. SARAN
Guru sebagai evaluator diharapkan mampu menjabarkan nilai dari Ujian Kenaikan Kelas dan mampu mendeskripsikan hasil yang ada dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran di masa mendatang.
E.  DAFTAR PUSTAKA
1.     Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara.
2.     Djudju Sudjana. 2004. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
3.     Rasyid, Harun & Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima.
4.     Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada media Group.
5.     Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
 

0 komentar:

Posting Komentar

:: Budayakan tinggalkan pesan ::